Pagi itu musik menari indah di depan kamarku. Indahnya
pagiku dirusak oleh alunan musik-musik ala galau itu. Kututup kedua telingga
dengan bantalku yang berselaputkan kain bendera Amerika. Ah, rasa ingin
berontak! Tapi jujur aku menikmati musik itu. Karena musik yang indah tapi
menggangu itu, masa-masa indah yang tidak kupikirkan itu muncul begitu saja.
Kubiarkan bayangan tentang kebahagian semu itu muncul.
Kuingat bahwa aku pernah mempunyai teman-teman baik, sahabat hati, guru-guru
yang baik, romo pembimbing yang galak, tempat olahraga yang asyik dan hukuman
yang menarik.
Aku menikmati saat itu. Bagaimanapun masa-masa indah
bersama teman-temanku yang serba gila dan sahabat hati yang manja itu mungkin
tidak terulang lagi. Aku juga tak akan bertemu seorang romo yang akan
memanggilku “abang, abang” saat dia butuh bantuan untuk menyangkul kebun
kesayangannya. Aku mungkin akan bertemunya namun di saat yang tidak sama
seperti dulu.
Pagi ini segera berlalu. Aku telah tiga kali mematikan
jam wekerku. Sekarang jam weker itu marah dan iya semakin keras berbunyi. Persetan
dengan masa indah itu! Ini sudah jam 6.30. Aku pergi dari tempat tidurku, namun
kuberpesan pada bantalku. “Aku akan kembali lagi untuk menikmati masa indah itu
nanti malam, sekarang dosen telah menantiku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar