Rabu, 20 Februari 2013

Pesanku pada Bantal

Pagi itu musik menari indah di depan kamarku. Indahnya pagiku dirusak oleh alunan musik-musik ala galau itu. Kututup kedua telingga dengan bantalku yang berselaputkan kain bendera Amerika. Ah, rasa ingin berontak! Tapi jujur aku menikmati musik itu. Karena musik yang indah tapi menggangu itu, masa-masa indah yang tidak kupikirkan itu muncul begitu saja.
Kubiarkan bayangan tentang kebahagian semu itu muncul. Kuingat bahwa aku pernah mempunyai teman-teman baik, sahabat hati, guru-guru yang baik, romo pembimbing yang galak, tempat olahraga yang asyik dan hukuman yang menarik.
Aku menikmati saat itu. Bagaimanapun masa-masa indah bersama teman-temanku yang serba gila dan sahabat hati yang manja itu mungkin tidak terulang lagi. Aku juga tak akan bertemu seorang romo yang akan memanggilku “abang, abang” saat dia butuh bantuan untuk menyangkul kebun kesayangannya. Aku mungkin akan bertemunya namun di saat yang tidak sama seperti dulu.
Pagi ini segera berlalu. Aku telah tiga kali mematikan jam wekerku. Sekarang jam weker itu marah dan iya semakin keras berbunyi. Persetan dengan masa indah itu! Ini sudah jam 6.30. Aku pergi dari tempat tidurku, namun kuberpesan pada bantalku. “Aku akan kembali lagi untuk menikmati masa indah itu nanti malam, sekarang dosen telah menantiku”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar